Awal mula
istilah kata ‘kurikulum’ digunakan dalam dunia olahraga di Yunani. Dalam bahasa
Yunani ‘curriculum’ berasal dari kata’curriculae’ , ‘curir’ artinya ‘pelari,
sedangkan ‘curere’ berarti ditempuh. Maka, arti secara
utuh dari ‘curriculum’ adalah jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Menurut beberapa ahli pengertian kurikulum
adalah sebagai berikut :
1.
Drs. Cece
Wijaya, dkk. Mengartikan kurikulum dalam arti yang luas yakni meliputi
keseluruhan program dan kehidupan didalam sekolah.
2.
Dr. H. Nana
Sudjana Tahun (2005). Kurikulum merupakan niat & harapan yang
dituangkan kedalam bentuk rencana maupun program pendidikan yang dilaksanakan
oleh para pendidik di sekolah. Kurikulum sebagai niat & rencana, sedangkan
pelaksaannya adalah proses belajar mengajar. Yang terlibat didalam proses
tersebut yaitu pendidik dan peserta didik.
Oleh sebab
itu, kurikulum sebagai sistem yang mengatur jalannya proses belajar harus mencakup : (1). Sejumlah mata pelajaran atau organisasi
pengetahuan; (2) pengalaman belajar atau kegiatan belajar; (3) program belajar
( plan for learning ) untuk siswa ; (4) hasil belajar yang
diharapkan. (“Pengertian
Kurikulum serta Definisi Kurikulum Menurut Para Ahli”, n.d). Maka, kesimpulannya adalah, kurikulum tida hanya peraturan
sekola secara tertulis atau rencana pembelajaran yang rinci dan di cetak
kemudian ditanda tangani, melainkan, segala sesuatu yang mengatur jalannya
proses belajar, sistem yang mengatur setiap pendidik, peserta didik, staf atau
karyawan, bahkan satpam. Contohnya saja peraturan saling mengucapkan salam
kepada setiap civitas akademika yang ada di sekolah, atau bahkan bagaimana cara
sekolah mengawali dan mengakhiri proses pembelajaran.
Setidaknya ada 3 faktor utama
yang mempengaruhi pengembangan kurikulum. Faktor yang pertama adalah lembaga
pendidikan itu sendiri. Artinya lembaga pendidikan memberikan dua pengaruh
besar bagi pengembangan kurikulum. Pertama, dari segi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan di lembaga pendidikan secara umum.
Jenis pengetahuan yang dikembangkan di lembaga pendidikan akan mempengaruhi isi
pelajaran yang akan dikembangkan dalam kurikulum. Sedangkan perkembangan
teknologi selain menjadi isi kurikulum juga mendukung pengembangan alat bantu
dan media pendidikan. Kedua, dari segi pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan
dalam menyiapkan guru-guru Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK,
seperti IKIP, FKIP, STKIP). Kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
juga mempengaruhi pengembangan kurikulum, terutama melalui penguasaan ilmu dan
kemampuan keguruan dari guru-guru. (Purwanti, Oktober 29, 2015)
Faktor kedua adalah masyarakat. Mengapa masyrakat ikut
terlibat? Karena sekolah atu lembaga pendidikan berada di tengah-tengah
lingkungan masyarakat dan bahkan seharusnya kurikulum mengatur kehidupan sosial
antara warga dalam sekolah dengan masyrakat sekitar. Lembaga pendidikan atau
sekolah juga harus mampu melihat realita kehidupan masyarakat secara umum,
apakah yang sedang masyarakat butuhkan, kemudian sekolah menyusun kurikulum
yang dapat menjawab kebutuhan masyarakat tersebut. Disisi lain, setelah keluar
dari masa belajar secara formal di lingkungan lembaga pendidikan, para peserta
didik akan terjun langsung kedalam dunia masyarakat. Oleh karena itu sekolah
harus dapat mempersiapkan peserta didiknya agar dapat bertahan di lingkungan
diluar lembaga pendidikan dan keluarga. (Purwanti, Oktober 29, 2015)
Faktor ketiga adalah sistem dan nilai. Dalam kehidupan
bermasyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral, keagamaan, sosial,
budaya maupun nilai politis. Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus
terintegrasikan dalam kurikulum. Persoalannya bagi pengembang kurikulum ialah
nilai yang ada di masyarakat itu tidak hanya satu. Masyarakat umumnya
heterogen, terdiri dari berbagai kelompok etnis, kelompok vokasional, kelompok
intelek, kelompok sosial, dan kelompok spritual keagamaan, yang masing-masing
kelompok itu memiliki nilai khas dan tidak sama. Purwanti, Oktober 29, 2015)
Bagi penulis secara pribadi, masih ada faktor lain yang
mempengaruhi pengembangan kurikulum dalam sebuah lembaga pendidikan. Masih ada
faktor budaya, ekonomi, dan politik. Budaya dapat mempengaruhi karena masih
banyak masyarakat yang masih terikat dengan budaya tertentu, yang sifatnya
kaku, sehingga kurikulum mereka tidak dapat bersifat fleksibel seperti
kurikulum yang berada di lingkugan budaya yang sifatnya terbuka. Sedangkan
faktor ekonomi adalah sebagai faktor penunjang sarana dan prasarana, termasuk
pembayaran gaji dari para pegawai sekolah. Perbedaan status ekonomi sekolah,
maka berbeda pula sarana dan prasana yang ada dalam sekolah tersebut. Dan untuk
faktor politik adalah faktor yang banyak menetukan kualitas dari sekolah atau
lembaga pendidikan tersebut. Ketika sebuah lembaga pendidikan di kuasai oleh
penguasa yang politiknya buruk, maka siapapun yang berasal dari garis keluarga
dimasukkan dalam lembaga pendidikan tersebut, tanpa melihat kualitas
pekerjaanya.
Setelah membahas banyak hal,
banyak menganalisis dan mengamati, penulis mengambil kesimpulan. Kesimpulannya
adalah, aspek appaun itu bisa saja sangat berdapak bagi pengembangan kurikulum
di sekolah. Pengembangan kurikulum sangat perlu dilakukan dan dilakukan dengan
melihat pertumbuhan dan kebutuhan dari masyarakat dan juga peserta didik di
sekolah. Dunia masyarakat akan menuntut peserta didik lebih nantinya, oleh
karena itu sekolah perlu menedesainnya dengan sangat matang. Mempertimbangan
banyak aspek atau faktor yang mempengaruhi penyususnan kurikulum.
Mempertibangkan seberapa siap seluruh civitas akademika dalam menghadapi
perubahan? Sebesar apa perubahan yang dapat dilakukan untuk melakukan
perbaikan? Atau pertanyaan pertimbangan lainnya.
Menyusun kurikulum bukanlah hal yang mudah. Di samping ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan, sekolah juga perlu menyusun kurikulum yang bekerjasama dengan banyak pihak pendukug proses belajar siswa. Karena, di luar lingkungan sekolahpun siswa dapat dikatakan masih dalam proses belajar, oleh karena itu kurikulum perlu di desain agar dapat menyatukan sinegi antara pihak sekolah, keluarga maupun masyarakat.
klik disini untuk video pendukung